Beberapa bulan yang lalu penulis dihubungi oleh seseorang teman di Facebook dan beliau menanyakan apakah penulis bersedia untuk memberi pelatihan kepada guru-guru di satu Pesantren di daerah Purwakarta. Tanpa pikir panjang penulis langsung menyetujuinya karena mereka memudahkan untuk akomodasi selama acara berlangsung yaitu dua hari saja. Pelatihan ini adalah diantara pelatihan secara luring yang penulis pernah menjadi pematerinya semenjak batasan-batasan pandemi sudah mulai longgar.
Pelatihan ini menjadi sangat menarik lantaran lembaga yang meminta adalah lembaga pendidikan berbasis Islam. Merupakan peluang yang sangat baik mengajarkan guru-guru yang ada disana tentang aplikasi Open Source yang mana mereka kelak akan jadikan standar aplikasi yang diajarkan dalam proses belajar mengajar. Dari guru yang memahami kemudian akan menulis kepada murid-murid yang ratusan atau ribuan jumlahnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berbeda hal dengan mengajarkan satu orang pekerja yang mungkin dia hanya menggunakan ilmu yang dia miliki untuk dirinya sendiri saja. Karena tentu tidak semua orang memiliki minat dan kemampuan untuk menjadi seorang pengajar.
Pelatihan pun berlangsung dari pagi sampai sore selama dua hari diikuti kurang lebih 20 orang star pengajar. Untuk materi yang diajarkan adalah materi yang biasa terapkan pada kelas Desain Dakwah tentang bagaimana cara membuat poster teks sederhana, teks dengan gambar, teks dengan vektor, Desain untuk Story Media Sosial sampai peserta bisa membuat pamflet & backdrop banner kajian. Di hari pertama peserta masih terlihat bingung dan berusaha membiasakan diri lalu di hari kedua mulai terlihat peserta sudah mulai terbiasa dan mampu menghasilkan desain yang cukup bagus. Berikut diantara karya dari star pengajar yang menurut penulis terbaik.
Cukup bagus bukan? Padahal peserta hanya melakukan selama dua hari atau tidak sampai 2 hari namun mampu membuat hasil karya seperti itu. Selain mengajarkan Inkscape, di sisa waktu hari kedua penulis mengenalkan bagaimana cara menyunting video dengan Kdenlive dan beberapa pengenalan aplikasi open source lainnya.
Usut punya usut diantara alasan kenapa sekolah memutuskan untuk menggunakan Inkscape adalah karena pihak sekolah sudah mengeluarkan dana sekitar 500jt hanya untuk sistem operasi dan aplikasi perkantoran yang sebenarnya mungkin cukup menggunakan sistem operasi Linux dan aplikasi perkantoran LibreOffice. Dan uangnya bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Karena sudah mengeluarkan uang yang banyak dan tidak mau mengeluarkan dana lebih banyak lagi untuk aplikasi desain yang mungkin bisa milyaran mengingat banyaknya komputer yang ada di sekolah tersebut maka diundanglah penulis untuk mengajari guru-guru di sekolah tersebut. Alhamdulillah sampai saat ini mereka tetap menggunakan Inkscape untuk operasional sekolah tersebut dan ini menunjukan Inkscape mudah dipelajari, menghemat biaya dan sebagai solusi nyata agar angka pembajakan perangkat lunak di Indonesia semakin berkurang.
Artikel ini pertama kali tayang di Panduan BlankOn